Selasa, 06 April 2010

Sepatu si bapak tua

Seorang bapak tua suatu hari hendak bepergian naik bus kota, saat menginjakan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi. Melihat kenyataan itu sibapak tua dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang dan bertanya pada si bapak tua "mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?"

bapak tua itu menjawab dengan tenang, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas merdeka. ia telah berhasil melepas keterikatannya pada benda. sifat mempertahankan sesuatu termasuk mempertahankan apa yang sudah tidak bermanfaat lagi adalah akar dari ketamakan. Ketamakan membuat kita sulit memberikan apapun yang kita miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian kebahagiaan kita, dan pikiran semacam ini salah.

Harta kita bukanlah milik kita. ia hanya titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggung jawabkan dengan menjaga dan memanfaatkannya. peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara, semuanya ini milik Allah SWT dan suatu ketika akan kembali kepadaNYA.

Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita, harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.
Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda, kita akan bersyukur ketika ada orang yang meminta bantuan kepada kita, kenapa? Karena kita melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi “perpanjangan tangan” Tuhan.
Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang, dan semua orang akan merasa menang.




Di kutip dari buku Obat Hati, Penulis Bambang Setyo Pranyoto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar